Stok Pangan di Surabaya Aman Sampai Idul Fitri

0
155
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama Direktur Utama PD Pasar Surya Agus Priyo saat mengecek bahan pangan di Pasar Pucang Anom beberapa waktu lalu.

SURABAYA – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Surabaya terus berupaya menjaga stabilitas stok dan harga pangan di Kota Pahlawan.

Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (BPSDA) Surabaya, Vykka Anggradevi Kusuma, menjelaskan bahwa berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi (monev) Indeks Kecukupan Pangan (IKP) hingga Desember 2024, stok pangan di Surabaya berada dalam kondisi aman dengan indeks 3,8.

“Indeks 3,8 menunjukkan kecukupan pangan di Surabaya dapat memenuhi kebutuhan hingga tiga bulan ke depan,” ujar Vykka, Jumat (31/1/2025). Untuk tiga bulan ke depan, berarti aman sampai Idul Fitri tahun 2025.

Untuk menjaga kestabilan pasokan, Pemkot Surabaya telah menyediakan 21 Kios TPID yang menjual bahan pokok seperti beras medium SPHP, beras premium, gula pasir, dan minyak goreng. Pemkot juga menjalin kerja sama dengan daerah penghasil bahan pangan serta distributor lokal.

Selain itu, gerakan menanam padi, bawang merah, dan cabai di lahan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) terus digalakkan. Upaya ini diperkuat dengan penyelenggaraan pasar murah di 31 kecamatan secara bergilir serta Gerakan Pangan Murah (GPM) setiap bulan.

“Dalam pasar murah dan GPM, kami menyediakan berbagai komoditas pangan, seperti beras medium SPHP, gula pasir, minyak goreng, daging ayam, telur ayam, hingga daging sapi beku, bawang merah, serta cabai,” tambahnya.

Pemkot bersama TPID juga rutin memantau pasokan dan harga pangan di pasar tradisional maupun toko modern. Koordinasi dengan berbagai lembaga terkait terus dilakukan untuk memastikan ketersediaan pangan di Surabaya.

“Kami juga menganalisis data perkembangan harga dan ketersediaan pangan untuk mengatasi permasalahan seperti keterlambatan distribusi akibat cuaca. Surabaya bukan kota produsen pangan, sehingga distribusi menjadi tantangan utama,” jelas Vykka.

Namun, per 30 Januari 2025, beberapa komoditas pangan mengalami kenaikan harga, seperti minyak goreng curah, telur ayam broiler, bawang merah, tomat, cabai rawit merah, dan cabai merah besar.

“Kenaikan harga hortikultura seperti tomat dan bawang merah dipengaruhi faktor cuaca. Sementara kenaikan harga minyak goreng terkait dengan penyesuaian HET Minyakita pada 14 Agustus 2024, dari Rp 14.000 menjadi Rp 15.700 per liter. Permintaan telur ayam broiler juga meningkat menjelang hari besar keagamaan nasional,” tutupnya. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here